Monday, May 3, 2010

James Riady: Prospek Properti Indonesia Sangat Cerah (2)

alam Bincang Properti kali ini, Kompas.com berbincang-bincang dengan James Riady, CEO Lippo Group dan Wakil Ketua Kadin Bidang Properti. Ini bagian kedua wawancara eksklusif Robert Adhi Ksp dari Kompas.com dengan James Riady tentang masa depan properti di Indonesia.

Ok, Pak James, industri properti di Indonesia saat ini makin berkembang. Bagaimana posisi Indonesia di tengah persaingan properti global?

Dalam hal ini, semua terkait dengan pengembangan makro ekonomi. Indonesia pada saat ini memiliki perkembangan yang cukup bagus. Kita melihat bahwa dunia saat ini, dunia ekonomi yang sudah matang seperti Amerika, Eropa, Jepang, mereka menghadapi suatu masalah yang sangat besar, yaitu membayar utang daripada kesalahan-kesalahan selama 10-20 tahun yang lampau.

Karena itulah kami berpendapat bahwa stimulus package yang sudah dijalankan selama 15 bulan ini tidak bisa dicabut, harus terus dijalankan. Berarti stimulus package di dunia yang terus dijalankan di negara berkembang, yang sudah developed countries, akan membawa dampak positif kepada negara Asia, yang tidak lagi membutuhkan stimulus package.

Nah, Indonesia menempati posisi yang terbaik. Karena Indonesia tidak mengerjakan stimulus package yang berlebihan tahun lalu. Jadi tahun ini, tahun depan, the next three years ke depan ini, Indonesia merupakan negara yang sangat diminati. Karena itulah Indonesia dengan kondisi makro seperti demikian, bisa memiliki harapan, hari depan yang sangat cerah. Karena itulah properti di Indonesia, kami melihat akan cerah dan akan terus maju, apalagi pemerintah sudah setuju mengambil suatu political decision, keputusan politis untuk mengizinkan pihak asing masuk membeli dan untuk bisa tinggal di Indonesia. Ini semua akan memberikan suatu dampak positif.

Dunia baru saja mengalami krisis ekonomi global, dan industri properti terkena dampaknya. Bagaimana strategi pendanaan untuk proyek-proyek properti di Indonesia?
Pendanaan suatu bagian yang sangat critical dalam pengembangan properti. Indonesia memiliki tantangan yang berat karena pendanaan di Indonesia tidak cukup hanya dalam rupiah. Pendanaan rupiah sangat terbatas. Pendanaan rupiah itu jangka pendek, rata-rata 1-2 tahun, maksimum 3 tahun. Padahal properti membutuhkan suatu feasibility, jangka panjang, lebih dari 1-3 tahun. Karena itulah rencana pemerintah untuk mempetimbangkan HGB sekaligus diberikan sampai 70 tahun atau 80 tahun, tidak lagi 20-30 tahun, terus diperpanjang, itu akan meningkatkan feasibility project properti di Indonesia.

Selain itu, perbankan Indonesia termasuk luput dari krisis global terakhir 18 bulan. Karena itulah perbankan Indonesia lebih mampu memberikan pembiayaan sekarang sudah mulai 5 tahun-7 tahun. Jadi dengan demikian, pendanaan dalam negeri akan lebih baik lagi, satu-tiga tahun ke depan. Tetapi pendanaan yang utama tetap harus datang dari pendanaan luar negeri, pendanaan dari pasar modal, pasar perbankan global. Nah kondisi ekonomi yang lebih baik, kondisi pemerintahan kita yang stabil, proses demokrasi yang stabil, ini akan menolong, membantu pendanaan luar negeri itu masuk ke Indonesia. (Robert Adhi Ksp) -

No comments:

Post a Comment